Pages - Menu

Translate

Rabu, 18 Juli 2012

Air Terjun Kali Pancur yang Menjulang Tinggi

Berwisata ke obyek wisata alam selalu menjadi solusi terbaik untuk menenangkan pikiran. Itulah sebabnya mengapa wisata alam seperti pantai, gunung, danau, dan juga air terjun selalu menjadi pilihan favorit dalam berwisata. Itu juga yang menjadi penyebab mengapa obyek wisata Air Terjun Kali Pancur yang berlokasi di Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini menjadi salah satu obyek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi. Obyek wisata yang berjarak sekitar 14 km dari kota Salatiga ini memang cukup sulit untuk diakses karena cukup minim kendaraan umum walaupun jalanannya cukup bagus. Ini sebabnya mengapa kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Air Terjun Kali Pancur lebih memilih untuk membawa kendaraan pribadi. Selain itu, para wisatawan yang ingin menikmati indahnya obyek wisata Air Terjun Kali Pancur ini juga harus memiliki kondisi fisik yang fit, karena mereka mau tidak mau harus jalan menyusuri anak tangga yang berjumlah lebih dari 800 anak tangga. Hal ini dikarenakan lokasi parkiran dan lokasi air terjun memiliki jarak sekitar 900 meter. Namun, semua jerih payah para wisatawan tersebut akan terbayar saat sampai di lokasi air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 150 meter. Selain itu, pemandangan alam sekitar yang dilengkapi oleh suara gemericik air di sepanjang perjalanan pun cukup menyegarkan sehingga jarak 900 meter pun tidak terasa. Semua itu menjadikan obyek wisata Air Terjun Kali Pancur ini sangat direkomendasikan bagi para wisatawan yang sedang berwisata ke kota Semarang.

Selasa, 26 Juni 2012

KACANG HIJAU, KOMODITAS PALAWIJA ANDALAN KABUPATEN JOMBANG MASA DEPAN

Kacang Hijau atau nama Latinnya Vigna radiata atau nama lainnya mung bean, green bean, green gram, golden gram, green soy mongo, munggo, monggo, merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang berasal dari Asia Selatan (Banglades, India, dan Pakistan). Sekarang komoditas ini sudah dibudidayakan di seluruh kawasan tropis di dunia. Jenis kacang ini disebut kacang hijau, karena kulit bijinya berwarna hijau. Meskipun sebenarnya ada varietas yang kulit bijinya berwarna merah kecokelatan {red mung bean). Meskipun kulit bijinya bukan berwarna hijau, tetap saja namanya kacang hijau. Varietas kacang hijau yang dibudidayakan di Indonesia, hanya yang berkulit biji hijau. Kacang hijau adalah tema semusim/ dengan sosok mirip tanaman kedelai.
Sebagai komoditas kacang-kacangan, kacang hijau termasuk genus Vigna, komoditas ini masih satu genus dengan kacang bogor (Vigna subterranea), kacang asuki atau kacang merah (Vigna angularis), kacang panjang ( Vigna ungulculata sub spesies sesquipedalis), dan kacang tholo kacang tunggak, (Vigna unguiculata sub spesies ungulculata). Salah satu perbedaannya, polong kacang bogor tumbuh di dalam tanah seperti halnya kacang tanah (Arachis hypogaea). Sementara kacang panjang, kacang asuki, dan kacang tunggak tumbuh merambat (membelit). Seperti halnya kedelai, kacang hijau tumbuh tegak, hingga tidak perlu ajir sebagai tiang panjatan, dan polongnya tumbuh di atas permukaan tanah.
Kacang hijau bisa tumbuh subur di daerah Tropis dengan ketinggian 250 m- 500 m diatas permukaan laut. Kacang hijau ditanam pada awal musim penghujan, atau bersamaan dengan penanaman jagung setelah tanam padi berakhir (pada sawah tadah hujan). Budidaya kacang hijau pada awal musim penghujan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik. Sementara intensitas serangan hama ulat juga cukup tinggi. Kacang hijau sudah bisa dipanen sekitar tiga bulan sejak penanaman. Beberapa varietas unggul kacang hijau, sudah bisa dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam. Beberapa varietas unggul kacang hijau yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian antara lain Arto Ijo, Bakti, Manyar, Merak, No. 129, No. 119, Slwalik, Walet, Betet, dan Parkit. Dari 10 varietas tersebut, hanya empat varietas yang paling banyak dibudidayakan petani, yakni walet, manyar, merak dan No. 129.
KOMODITAS KACANG HIJAU DI KABUPATEN JOMBANG.
Wilayah Kabupaten Jombang mempunyai letak geografi antara 5.20° - 5.30° Bujur Timur dan antara :7.20′ dan 7.45′ lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur.(Wikipedia). Keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Jombang yang terletak pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut mempunyai curah hujan relatif rendah yakni berkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya. (Wikipedia).
Dengan keadaan geografis seperti diatas wilayah Kab. Jombang sangat cocok bila digunakan untuk penanaman kacang hijau. Selama ini komoditi andalan Kab Jombang adalah padi,tebu, jagung serta kacang tanah, . Kacang hijau menempati posisi ke-5 setelah kacang tanah. Tahun 2006 Kab. Jombang hanya mampu menghasilkan 48 ton kacang hijau( Sumber data Dinas Kab Jombang 2008), padahal kebutuhannya mencapai 65 ton per tahun, sehingga harus dicukupi dari daerah lain.
Selama ini kendala utama yang dihadapi petani dalam menanam kacang hijau adalah :
1. Hama ulat yang sangat intensif menyerang tanaman ini mulai dari beberapa minggu setelah tanam, sampai panen. Penulis bahkan mengetahui sendiri kacang hijau yang baru dipanen dari sawah, kemudian dijemur, ulatnya sangat banyak jumlah maupun jenisnya. Selama ini sudah ada beberapa pestisida yang bisa menanggulangi hama ulat tersebut, tetapi dampak yang ditimbulkan tidak jarang bukan hanya ulatnya saja yang mati, tetapi tanamannya juga mati. Beberapa petani ada yang mencoba dengan melepaskan beberapa unggas mereka terutama ayam kampung ke areal persawahan. Ini juga tidak menyeleseikan masalah karena unggas tidak hanya memakan ulat tetapi juga memakan kacang kedelai yang hampir panen.
2. Harga kacang hijau selama 5 tahun terakhir ini cenderung tidak ada peningkatan, kalaupun meningkat hanya sekitar Rp1.000/ kg. Padahal harga benih, pupuk, pestisida meningkat drastis.
Dua hal diatas merupakan kendala utama yang dihadapi petani Kacang hijau, sehingga produksinya dari tahun ke tahun tidak sebanyak padi maupun tebu. Padahal Komoditas ini menjadi sangat strategis dikembangkan, karena nilai gizinva yang tinggi. Pada kacang hijau terdapat zat protein, karbohidrat, vitamin serta kaya serat. Kacang hijau bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan, misalnya: onde- onde, bubur kacang hijau, mie sun, maupun tepung hungkwe.
Salah satu potensi kacang hijau yang masih bisa kita kembangkan adalah, sebagai bahan baku tahu dan tempe. Tahu kacang hijau akan lebih tinggi kualitas dan nilainya dibanding tahu kedelai. Kualitas tempe kacang hijau pun juga akan lebih tinggi dibanding dengan tempe kedelai. Apabila sedikit demi sedikit kacang hijau bisa menjadi substitutor kedelai, maka angka impor kedelai pun bisa sedikit demi sedikit ditekan.
Semoga Pemerintah maupun Ilmuwan dalam bidang Biologi berhasil menemukan solusi untuk kedua masalah diatas sehingga produktifitas kacang hijau bisa menjadi lebih optimal.

Meningkatkan kesejahteraan dengan menjamin Kecukupan serta ketersediaan pangan dan gizi masyarakat

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Milenium development Goals (MDG’s) memiliki tujuan besar untuk mengurangi bencana kelaparan dan kemiskinan. Berbicara tentang hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaiman masalah pangan bahkan juga gizi yang menjamin peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat mencerminkan bagaimana keberhasilan pembangunan manusia dan masyarakat seluruhnya.
Di Indonesia Ketersediaan pagannya dapat dikatakan cukup besar dan berasal dari produksi sendiri, Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut, dimana impor umumnya kurang dari 7% konsumsi, Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan kondisi yang cukup baik. namun ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Sehingga pada kenyataannya masih banyak penduduk di Indonesia yang kebutuhan pangan dan gizinya belum terpenuhi, kasus busung lapar menunjukkan adanya permasalahan ketahanan pangan.
Hal ini berhubungan erat dengan ketersediaan dan tingkat kualitas konsumsi pangan. Selain dari pada itu stabilitas ketersediaan pangan di Indonesia masih bergantung pada musim misalnya pada paceklik musiman. Ada saat bahan pangan tidak ada, tidak beli karena tidak punya uang, dan tidak bisa tanam karena climate change (perubahan iklim), selain dari pada itu akses dan keterjangkauan kualitas konsumsi pangannya masih sangat rendah, juga sangat mempengaruhi kebutuhan pangan dan gizi penduduk.
Adanya perbedaan-perbedaan permasalahan potensi atau sumberdaya di setiap daerah mengharuskan adanya kebijakan pangan terutama terkait dengan ketersediaan pangan dan gizi secara spesifik di daerah, agar program dapat dilaksanakan dengan baik, tepat sasaran dan berdampak nyata.
Dalam hal ini biasanya pemerintahan hanya fokus pada pangan sumber karbohidrat dan energi. Yang penting harga beras murah, padahal bagaimana dengan sumber protein, sedangkan harga daging gila-gilaan, lalu bagaimana dengan sumber zat gizi yang lain?? Seperti zat pengatur, yaitu vitamin dan mineral. Tentu saja air yang cukup. Factor ekonomi menjadikan pola daya fikir masyarakat sekarang asal kenyang saja dan murah, lebih ke selera kantong dan perut, sehingga tidak terpikir gizi terpenuhi atau belum.
Mungkin ketahanan pangan nasional dapat membaik dengan dilakukannya peningkatan produksi pangan, Meskipun kemandirian pangan cukup baik ketergantungan pangan terhadap impor beberap komuditas seperti beras, jagung kedelai dan susu yang relative tinggi mungkin diperlukan adanya adopsi tekhnologi baik dalam perbenihan, pembibitan, pengolahan hasil, sehingga produktivitas dan mutu impor dapat ditingkatkan , Pemerintah juga perlu mengintervensi mekanisme pasar yang tidak berjalan normal. Misalnya, ketika harga pangan membubung tinggi, peran untuk menahan laju harga menjadi penting, Perlu diperhatikan pula aksesibilitas ekonomis, dalam arti apakah harganya terjangkau dan tidak secara financial, atau makanannya ada, tetapi harganya mahal, tetap tidak aksesibel. Perlu peran pemerintah bagaimana caranya agar dengan daya beli yang terbatas, mereka dapat menunjang kehidupan mereka dengan sebaik-baiknya. Program pemerintah untuk menyediakan pangan yang murah bagi masyarakat dengan taraf ekonomi rendah diharapkan tidak saja berorientasi kepada pemenuhan kalori, tetapi seharusnya diimbangi dengan program penyediaan gizi protein. Sehingga tidak ada ada lagi Nelayan yang kerjanya menangkap ikan tidak makan ikan, karena semua dijual untuk membeli kebutuhan pangan yang lain. Kebijakan yang lain adalah perlunya peningkatan informasi mengenai gizi. Beberapa survey daerah menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi masih kurang, Masih kurangnya kesadaran terhadap masalah gizi karena rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan menjadi penghambat upaya perbaikan gizi.

Strategi Penyelesaian Krisis Pangan (Pertanian) di Indonesia

Merencanakan strategi untuk menyelesaikan permasalahan pangan yang dihadapi Indonesia sangat penting mengingat :
1. Pangan merupakan hal fundamental yang dibutuhkan manusia untuk menunjang kelangsungan hidupnya.
2. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus 2010 mencapai 237,6 juta jiwa atau 3,5 juta lebih dari prediksi sebelumnya. Ledakan jumlah penduduk ini membawa konsekuensi luas, terutama pada kewajiban pemerintah menyediakan pangan, permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas dasar lain yang dibutuhkan masyarakat .
3. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan ledakan jumlah penduduk yang terus meningkat. Jika tidak diselesaikan secara strategis dan jangka panjang, maka akan terjadi krisis multi dimensi yang sifatnya konstruktif.
4. Model pemecahan permasalahan pangan yang dilakukan Pemerintah saat ini tidak efektif dan sifatnya jangka pendek.
Model Pemecahan masalah
Terdapat dua model pemecahan masalah untuk menyelesaikan krisis pangan dan masing-masing model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Model pertama ialah pemecahan masalah yang sifatnya pragmatis atau pemecahan masalah yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan yang sifatnya mendesak, tanpa mengkalkulasikan implikasi jangka panjang. Hal yang disoroti dalam model ini ialah pada aspek urgensi pemenuhan kebutuhan, tetapi sangat minimal dalam memeta potensi-potensi sumber daya internal yang bisa dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan. Paradigma dalam model ini ialah pemenuhan kebutuhan sangat mendesak dan tidak ada waktu untuk memikirkan potensi-potensi internal lebih dalam, sehingga yang dipeta adalah sumber daya mana yang sudah tersaji yang bisa langsung dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan. Paradigma model pemecahan masalah ini dipakai oleh Pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan Beras. Beberapa pekan yang lalu Pemerintah Indonesia melakukan Impor beras dari Vietnam dan India untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Kebijakan impor ini dilakukan karena terdapat permasalahan produksi pertanian dalam negeri yang berimplikasi pada terbatasnya kapasitas produksi yang tidak sebanding dengan permintaan pasar. Kekurangan dari model ini jika diterapkan dalam jangka panjang ialah tumbuhnya ketergantungan terhadap negara penghasil sumber daya dan hal ini berimplikasi pada politik (Politik Ekonomi).
Model pemecahan masalah yang kedua adalah model pemecahan masalah filosofis atau jangka panjang. Penekanan model ini adalah pada kuatnya analisis terhadap potensi-potensi internal dan adanya upaya pengembangan potensi – potensi tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Model yang kedua ini lebih mengusung pada upaya kemandirian dalam memenuhi kebutuhan. Bagaimana suatu negara bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan cara mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam ruang lingkup negaranya, baik itu potensi SDA maupun SDM. Kelebihan dari model yang kedua ini ialah kuatnya negara (mandiri) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan bersifat jangka panjang. Titik tekan model kedua ialah pada upaya pengembangan potensi sumber daya. Membutuhkan waktu untuk melakukan pengembangan. Kebutuhan waktu yang cukup panjang dan sumber daya lain untuk menunjang pengembangan sumber daya menjadi kelemahan pada konteks kebutuhan yang mendesak. Kelebihan metode ini jika pada konteks negara berkembang ialah pada proyeksi masa depan yang mampu menjadikan negara menjadi mandiri, lepas dari ketergantungan terhadap asing dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Model pemecahan masalah yang sifatnya filosofis jika dikontekskan pada masalah pangan (pertanian) adalah pengintegrasian sistem pertanian dari proses produksi sampai distribusi dengan berbasis kualitas. Misalnya dalam proses produksi, bagaimana penggunaan pengetahuan dan alat-alat modern untuk mengolah lahan pertanian. Banyak variabel pembangunan yang harus diperhatikan hubungan sistemiknya, sehingga menjadi formula pembangunan yang ideal.
Alternatif Solusi
Dari model pemecahan masalah yang dijelaskan secara umum di atas ditegaskan ada dua model pemecahan, yaitu yang sifatnya mendesak (pragmatis) dan jangka panjang (filosofis) dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah hendaknya mengasumsikan penyelesaian yang sifatnya jangka pendek dan jangka panjang. Dalam menyelesaikan masalah krisis pangan, penulis memakai kombinasi dua model pemecahan masalah di atas dengan landasan untuk mereduksi dan menutupi kekurangan dari masing-masing model pemecahan. Jangka pendek yang tidak memikirkan dampak jangka panjang, begitu juga sebaliknya. Untuk menegaskan strategi kombinasi model tersebut perlu kiranya kita memeta kondisi indonesia secara umum sebagai pijakan untuk melakukan prosentase dari masing-masing model pemecahan tersebut. Indonesia merupakan negara dengan brand image negara agraris. Kekayaan alam yang melimpah, tanah yang subur, curah hujan yang baik. Hal tersebut membuktikan bahwa indonesia memiliki modal yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri ke depannya. Permasalahan SDM yang menjadi kendala yang cukup besar. Ketidak mampuan SDM dalam mengelola potensi kekayaan alam indonesia berimplikasi pada minimnya produksi pangan indonesia. Kebutuhan pangan yang mendesak yang disebabkan oleh ledakan penduduk yang kurang produktifnya proses produksi pangan di indonesia menjadi asumsi bahwa Indonesia harus mengambil kebijakan impor dalam jumlah yang terbatas. Orientasi impor hanya untuk memenuhi kebutuhan unsich. Punya batas waktu dan kuota. Model pemecahan masalah yang sifatnya filosofis yang berbasis pada upaya pengembangan potensi-potensi sumber daya internal sangat ditekankan. Model pemecahan masalah filosofis harus memiliki acuan masalah yang jelas. Objek mana yang hendak dipecahkan dengan model seperti ini. Untuk itu pembukaan konstruksi pangan di indonesia harus dilakukan. Jika dilihat, struktur pemenuhan pangan di Indonesia, bahwa kebutuhan pangan banyak ditunjang dari Desa sebagai daerah yang menghasilkan pertanian (Sayur, Buah, Beras, Gula, dls). Desa merupakan basic perekonomian nasional. Desa menunjang kebutuhan orang-orang Desa dan Kota. Permasalahan yang terjadi ialah banyak orang yang tidak tertarik dengan desa karena kurang begitu prospek secara ekonomi dan mobilitas, sehingga banyak orang memilih urbanisasi. Dampaknya desa sebagai lumbung pangan ditinggalkan. Implikasi besarnya ialah krisis pangan.
Revitalisasi Desa
Berpijak pada model pemecahan masalah yang sifatnya filosofis. Sedangkan kajian kita sudah jelas, yaitu desa. Rumusan masalah dalam mengatasi krisis pangan yang sifatnya jangka panjang adalah bagaimana melakukan revitalisasi desa? Revitaliasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya . Dengan mengelola desa dengan baik sehingga orang tertarik ke desa dan menghidupkan ekonomi pedesaan yang berbasis agraris menghasilkan pangan. Konseptualiasi Revitalisasi sendiri perlu didalami lagi dengan matang. Prinsip yang penulis tawarkan untuk dijadikan pijakan dalam revitalisasi ialah,
1. Orientasi revitalisasi pada produktifitas pangan
2. Produksi yang berbasis pengetahuan dan teknologi modern
3. Pengaturan yang baik terhadap segala kegiatan ekonomi (distribusi, investasi) dengan dasar pemerataan
4. Pembangunan infrastruktur (jalan, pusat pendidikan, pusat riset, dls)
5. Arus informasi yang berjalan baik
Gambaran dari prinsip-prinsip tersebut ialah bagaimana menciptakan Desa modern yang kuat dalam ekonomi pertanian yang didukung oleh pengetahuan, teknologi modern dan infrastruktur yang menunjang dalam produksi dan distribusinya. Desa modern ini kelak menjadi penunjang pangan bagi wilayah lainnya.

Senin, 25 Juni 2012

Kopi Luwak Probiotik temuan peneliti dari balai pengkajian teknologi pertanian atau BPTP Bali

Seorang peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian atau BPTP Bali, Ir. Suprio Guntoro, menemukan kopi luwak probiotik. Selain jumlah produksi bubuk kopi tidak terbatas, kopi luwak probiotik dipercaya akan melindungi populasi luwak.
Pada proses produksi kopi luwak secara alami, bubuk kopi diperoleh dari biji kopi yang digiling setelah dijemur dan disangrai. Uniknya, biji kopi itu sebelumnya diperoleh lewat proses pencernaan alami binatang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) yang memakan buah kopi. Sementara itu, pada kopi luwak probiotik temuan Guntoro, biji kopi dihasilkan dari buah kopi matang yang dipetik dan dipilih, lalu difermentasikan secara khusus dengan mikroba probiotik dari usus halus dan usus buntu binatang luwak. Sangat berbeda dengan proses alaminya.
“Jadi, kopi luwak probiotik ini dihasilkan dengan mengadopsi proses pencernaan binatang luwak. Mikroba probiotik itu adalah hasil dari isolasi mikroba di usus halus dan usus buntu luwak. Mikroba probiotik itu kami pastikan tidak mengandung mikroba yang bersifat patogen atau penyakit,” – Guntoro. Dia memastikan proses isolasi mikroba itu dilakukan dengan bahan alami alias tanpa melibatkan bahan-bahan kimia.
Dengan demikian, lewat kopi luwak probiotik ini, kopi luwak dapat diproduksi berdasar kebutuhan dan tidak terbatas pada jumlah luwak atau kemampuan konsumsi luwak sebagaimana pada umumnya. Bubuk kopi luwak pada umumnya berharga relatif mahal, yakni Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per kilogram. Kopi luwak juga menjadi andalan ekspor kopi bagi Indonesia.
“Kopi luwak probiotik juga melindungi populasi binatang luwak itu sendiri. Karena besarnya permintaan pada kopi luwak, pada umumnya kopi itu dihasilkan dengan cara menernakkan binatang luwak. Sekitar 10-30 persen dari luwak yang diternakkan itu mati atau lepas sehingga pasti akan memengaruhi populasinya,” – Guntoro.
Menurut Guntoro, dari segi rasa dan kenikmatannya, kopi luwak probiotik ini juga hampir sama dengan kopi luwak yang dihasilkan secara normal. Bahkan, dari pengakuan para penikmat kopi, cita rasa kopi luwak probiotik ini lebih lembut tetapi memiliki aroma kopi yang lebih kuat.
Guntoro mengaku, penelitian atas kopi luwak itu dilakukan secara swadaya sejak tiga tahun silam. Saat ini penemuan itu sedang dalam proses pematenan yang didaftarkan melalui Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian di Bogor yang berada di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. Bersamaan dengan proses itu, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Jawa Timur, juga melakukan pengujian atas data ilmiah penelitian Guntoro.

KUPAS HABIS RAHASIA KOPI LUWAK

Kopi luwak yaitu buah kopi matang pohon yang dimakan oleh luwak (sejenis musang), kemudian dikeluarkan sebagai kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi di dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan kotoran Luwak. Selanjutnya biji kopi luwak dibersihkan dan diproses seperti kopi biasa.
Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa seperti kopi reguler Arabika dan kopi reguler Robusta. Proses unik pada sistem pencernaan luwak mampu menciptakan aroma lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas dan special.
Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia, sehingga sampai masuk ke Guiness Book of Records. Empat tahun belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg.
Kemasyhuran kopi luwak telah terkenal sampai kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang mahal. sejak dahulu, sewaktu penjajahan Belanda kopi luwak sudah menempati posisi pasar paling atas, baik dilihat dari sisi rasa maupun harga. Hanya saja, karena dulu kualitas produk belum terjaga secara berlanjut, harganya meskipun berada di posisi tertinggi tidak bisa dikerek lebih tinggi lagi. Penyebab utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam.

Perbedaan Antara Pintar, Cerdas, Kreatif, dan Inovatif

Belajarlah seiring dengan hembusan nafas, berhenti belajar ketika nafas berhenti. Belajar juga yang akan membedakan seseorang bisa menyikapi kondisi yang sama dengan cara yang berbeda, tentu saja mendapatkan keuntungan dari kondisi paling merugikan sekalipun. Mengisi hidup yang penuh tidak hanya membutuhkan kepintaran, tapi juga kecerdasan, kreativitas dan inovasi. Apa bedanya?

Kepintaran adalah kemampuan Anda dalam menyerap informasi. Ketika Anda mampu membaca dan mengambil ilmu pengetahuan dari buku atau informasi yang Anda serap, Anda cukup pintar. Akan tetapi, kepintaran berhenti disitu saja. Orang pintar memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi kadang menghambatnya dalam pengambilan keputusan, karena pengetahuan yang banyak itu memberikan banyak informasi.

Kecerdasan adalah kemampuan mengelola kepintaran. Orang yang sukses kadang orang yang tidak terlalu pintar, akan tetapi bisa mengelola orang pintar. Kecerdasan membuat Anda tahu siapa orang pintar yang cocok mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Kecerdasan membuat Anda bisa mengambil keuntungan dari kombinasi kepintaran.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda. Kreativitas menghasilkan perbedaan dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka.

Inovatif adalah kemampuan untuk menemukan nilai komersil dari kreativitas. Inovasi membuat kreativitas tidak cukup untuk meraih sukses. Kreatif hanya membuat perbedaan, inovasi membuat perbedaan tersebut memiliki nilai komersil.

Oleh karena itu, belajarlah seumur hidup, dan Anda bisa memiliki kepintaran, kecerdasan, kreativitas dan inovasi. Semuanya bukanlah bakat, akan tetapi disiplin. Tentu saja bisa dipelajari.

Vice to Business: The ‘Blow Me' Franchise

Despite the overtly sexual connotation of the brand's name Blow Me, it's not what you think. Blow Me is a company that has found a way to make a profit from one of the other major vices on the planet; excessive alcohol consumption. Blow Me charges and fights the bad guys by administering onsite breathalyzer services.
Let's face it, when you're hosting an event or private party, it's too big of a responsibility to make sure that all of your guests are abiding by the legal limits. You don't want to be responsible for the catastrophic results that occur when a friend or family member has too much to drink and gets behind the wheel.


Blow Me administers breathalyzer tests during an event, or the morning after to make sure guests (including you!) are safe to drive. They use the same technology as UK police forces in order to get an accurate reading of a person's alcohol level. Of course, they don't physically detain people who have had too much to drink (though maybe that's another business concept or additional service to consider...think Dog the Bounty Hunter meets the LA County police force). But, they will do what they can to discourage drunk driving through education, awareness, and infliction of fear in an apparently non-threatening way.



The Blow Me staff also try to be as unobtrusive as possible, the website assures me; even abiding by your event's dress code. But don't worry; you'll still be able to recognize them. They'll be the guys and gals standing under the giant Blow Me signs, handing out brightly colored brochures, and of course shoving breathalyzer devices down your throat while possibly accusing you of intoxication.
Their rates start at 695 Euros, but you have to contact them directly in order to discuss your event requirements and learn more about the available packages. While it may not seem like the classiest option, and your guests may feel a bit like they are Paris Hilton being detained for a DUI; isn't this better than seeing someone you love (or at least tolerate) suffering from their drunk driving escapades?
So why not profit from one of the most widespread infractions in the nation, and do your part to help keep our streets safe? No one ever said one man's (or woman's) vice couldn't be another's payoff, right?
Blow Me has franchise opportunities, or start your own service on this side of the globe. This is certainly one concept that I can whole-heartedly advocate both from a business perspective and as a concerned citizen.
So what do you think? Could this be your next big business investment?
Beth Graddon-Hodgson
Guest Blogger
InventorSpot.com
Beth Graddon-Hodgson, our Guest Blogger, is a professional freelance writer, editor and founder of WriteSourcing.com. She is genetically predisposed to entrepreneurialism, and loves t

Stay Always Hot with the "Pop-Up" Nightclub Concept

It shouldn't come to you as a big surprise that location is one of the defining factors in the success of a business.
When it comes to the location of a nightclub, what it truly comes down to is the neighborhood it's in, and who frequents it. There is a reason the media is constantly highlighting celebrity hotspots like The Sky Bar, The Viper Room, or The Roxy; all in West Hollywood, California (LA County). It's not only a convenient spot; it's also upscale and trendy. Oh, and let's not forget about all those celebrities who live nearby.



But what happens when that formerly happening nightclub no longer attracts its elite clientele, or normal club goers like you and I? What if one day West Hollywood is no longer such a popular party destination? What becomes of those businesses?


That's an easy question to answer; it's over. Sad as it may be, that's just the unfortunate reality. Investment in renovations and other startup costs are lost, and profits are no more. Club owners are forced to cut their losses, pick up the pieces and setup shop elsewhere. That is, if they come out of it all with money in hand, and escape (relatively) emotionally unscathed. I know, it brings me down too. But you know as well as I do that if you're someone who likes to be where the action is, you won't be caught dead in there on a Friday night either.

A new business concept that has popped up in Singapore (literally) helps to eliminate the heartbreak that occurs when the tumbleweeds are the only things grooving on your once packed dance floor. The pop-up nightclub can go anywhere it needs to be (that is, once appropriate permits are obtained and legal considerations addressed). So, if your location is no longer a hit, or you just want to startup in a fresh new spot and attract a different crowd, moving is relatively easy and inexpensive.
The company, Grandstand PTE LTD expanded upon the mobile party concept popularized in the 80's and 90's (think ‘Party Monster' with Macaulay Culkin). They took the concept and improved it by creating an enclosed, safe, comfortable, and most important of all, legal environment to let loose which can go virtually anywhere. ‘The Aqua', Grandstand's nightclub model can be climate controlled, provides a sleek and modern look, and its 2 stories fit up to 500 people. Of course, let's not forget about the spacious bar area that can be well-stocked to keep your favorite drinks flowing all night long.



Maybe the concept does seem a bit like a glorified portable hotdog stand, or drink vendor on location at a little league game. This is because it is hard to get over the fact that such a monstrosity could be packed up and moved along. I can say what we're all thinking; it's much more prestigious to tell your friends you are the proud owner of a nightclub anyways (though the hotdog business is a perfectly honorable one, too). I have to say, I'm pretty impressed as well by the fact that its platform is made up of shipping containers than can expand to three times their original size. Especially with this in mind, the presentation of the place looks pretty neat.

Right now, The Aqua is set up for the first time onsite at the Singapore Sun Festival, near Clarke Quay. As of November 5th, it is ready to fall into the hands of the next willing ‘Transumer' (that's what Grandstand likes to call a consumer of their transportable venues) to be setup anywhere in the world. It seems as though their nightclub idea is already catching on, because a similar venue has been erected in the country by Orgo.

Grandstand PTE LTD also makes a line of portable retail centers and Grand Prix displays, so they cater to the daytime crowd as well if the nightlife scene is not your thing.



Prime location or not, I'd certainly be in attendance if such a venue were local, because it sounds too interesting to pass up. So think about it, could this be your next business move?
Source: Aqua by Grandstand

A Coffee with Nutritional Benefits: Novel Business Idea?

AP Photo by Mark LennihanAP Photo by Mark LennihanIt's undeniable that coffee is the most popular drink in North America, if not the planet. All you have to do is go around the corner to your nearest Starbucks and see the crowds it draws; the fact that there may be another franchise on the next city block (which may be a little excessive, but who am I to judge?) also speaks to the demand. It's disheartening to know that everyone's favorite drink just isn't doing us any favors. Research shows that it has been linked to high blood pressure, anxiety; not to mention the artery clogging amounts of cream many of us load in it, and the sugar which is probably enough to draw in an entire colony of ants.
So what if I told you that there's a new competitor on the market; coffee with a healthy twist? I'm not just pulling your leg; it's not too good to be true. There are a couple of options available, like Gano Healthy Coffee, but there's only one that hopes to extend itself beyond cyberspace. Healthy Coffee, which has a less than creative, but effectively defining tagline, "World's Healthy Coffee Company" really wants to give the large conglomerates a run for their money by opening franchises nationwide (or at least getting their product onto the shelves of the money makers).



However, at this point, their plan seems to be starting off by competing with Gano, using an Internet distribution model. With no distributor/franchisee success stories, or recognitions listed under those sections of their website, it looks like business might just be warming up. If you're interested in attempting to cash in on a potentially profitable, progressive new business idea; visit their website and sign up here.
I was intrigued to learn what can possibly make coffee healthy. They have six different varieties of "EnerGi Healthy Coffee" (Black, Chai milk tea, Blend, Blast, Chocolate, and Mocha) which are, as the name says, supposed to give you energy through natural sources like ginseng and reishi and are sweetened with natural sugar cane.



While admittedly the packaging worries me a little; 20 sticks of the stuff come in each packet, which already have a non-dairy creamer built in (it's an instant, just add water situation); as well as the fact that I would be ingesting a fungus with my morning pick me up (reishi is a mushroom used in Chinese medicine), I think it's a product worth tasting. I can rise above the fact that they manufacture in Malaysia, and that a company with a slogan stating they have the healthiest coffee, has made one of their major products a chai TEA (they might want to reconsider their marketing approach on this one). Though I'll reserve judgment on the distribution potential until I know it's been well received by the public.
Feeling adventurous? Get your own by emailing info@healthycoffee.com and let me know what you think! Could this replace your favorite cup of fresh brew, or does it fall flat?
Beth Graddon-Hodgson
Guest Blogger
InventorSpot.com
Beth Graddon-Hodgson, our Guest Blogger, is a professional freelance writer, editor and founder of WriteSourcing.com . She is genetically predisposed to entrepreneurialism, and loves to learn about new concepts.