Kacang Hijau atau nama Latinnya Vigna radiata atau nama lainnya
mung bean, green bean, green gram, golden gram, green soy mongo, munggo,
monggo, merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang berasal dari
Asia Selatan (Banglades, India, dan Pakistan). Sekarang komoditas ini
sudah dibudidayakan di seluruh kawasan tropis di dunia. Jenis kacang ini
disebut kacang hijau, karena kulit bijinya berwarna hijau. Meskipun
sebenarnya ada varietas yang kulit bijinya berwarna merah kecokelatan
{red mung bean). Meskipun kulit bijinya bukan berwarna hijau, tetap saja
namanya kacang hijau. Varietas kacang hijau yang dibudidayakan di
Indonesia, hanya yang berkulit biji hijau. Kacang hijau adalah tema
semusim/ dengan sosok mirip tanaman kedelai.
Sebagai komoditas kacang-kacangan, kacang hijau termasuk genus Vigna, komoditas ini masih satu genus dengan kacang bogor (Vigna subterranea), kacang asuki atau kacang merah (Vigna angularis), kacang panjang ( Vigna ungulculata sub spesies sesquipedalis), dan kacang tholo kacang tunggak, (Vigna unguiculata sub spesies ungulculata). Salah satu perbedaannya, polong kacang bogor tumbuh di dalam tanah seperti halnya kacang tanah (Arachis hypogaea). Sementara kacang panjang, kacang asuki, dan kacang tunggak tumbuh merambat (membelit). Seperti halnya kedelai, kacang hijau tumbuh tegak, hingga tidak perlu ajir sebagai tiang panjatan, dan polongnya tumbuh di atas permukaan tanah.
Kacang hijau bisa tumbuh subur di daerah Tropis dengan ketinggian 250 m- 500 m diatas permukaan laut. Kacang hijau ditanam pada awal musim penghujan, atau bersamaan dengan penanaman jagung setelah tanam padi berakhir (pada sawah tadah hujan). Budidaya kacang hijau pada awal musim penghujan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik. Sementara intensitas serangan hama ulat juga cukup tinggi. Kacang hijau sudah bisa dipanen sekitar tiga bulan sejak penanaman. Beberapa varietas unggul kacang hijau, sudah bisa dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam. Beberapa varietas unggul kacang hijau yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian antara lain Arto Ijo, Bakti, Manyar, Merak, No. 129, No. 119, Slwalik, Walet, Betet, dan Parkit. Dari 10 varietas tersebut, hanya empat varietas yang paling banyak dibudidayakan petani, yakni walet, manyar, merak dan No. 129.
KOMODITAS KACANG HIJAU DI KABUPATEN JOMBANG.
Wilayah Kabupaten Jombang mempunyai letak geografi antara 5.20° - 5.30° Bujur Timur dan antara :7.20′ dan 7.45′ lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur.(Wikipedia). Keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Jombang yang terletak pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut mempunyai curah hujan relatif rendah yakni berkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya. (Wikipedia).
Dengan keadaan geografis seperti diatas wilayah Kab. Jombang sangat cocok bila digunakan untuk penanaman kacang hijau. Selama ini komoditi andalan Kab Jombang adalah padi,tebu, jagung serta kacang tanah, . Kacang hijau menempati posisi ke-5 setelah kacang tanah. Tahun 2006 Kab. Jombang hanya mampu menghasilkan 48 ton kacang hijau( Sumber data Dinas Kab Jombang 2008), padahal kebutuhannya mencapai 65 ton per tahun, sehingga harus dicukupi dari daerah lain.
Selama ini kendala utama yang dihadapi petani dalam menanam kacang hijau adalah :
1. Hama ulat yang sangat intensif menyerang tanaman ini mulai dari beberapa minggu setelah tanam, sampai panen. Penulis bahkan mengetahui sendiri kacang hijau yang baru dipanen dari sawah, kemudian dijemur, ulatnya sangat banyak jumlah maupun jenisnya. Selama ini sudah ada beberapa pestisida yang bisa menanggulangi hama ulat tersebut, tetapi dampak yang ditimbulkan tidak jarang bukan hanya ulatnya saja yang mati, tetapi tanamannya juga mati. Beberapa petani ada yang mencoba dengan melepaskan beberapa unggas mereka terutama ayam kampung ke areal persawahan. Ini juga tidak menyeleseikan masalah karena unggas tidak hanya memakan ulat tetapi juga memakan kacang kedelai yang hampir panen.
2. Harga kacang hijau selama 5 tahun terakhir ini cenderung tidak ada peningkatan, kalaupun meningkat hanya sekitar Rp1.000/ kg. Padahal harga benih, pupuk, pestisida meningkat drastis.
Dua hal diatas merupakan kendala utama yang dihadapi petani Kacang hijau, sehingga produksinya dari tahun ke tahun tidak sebanyak padi maupun tebu. Padahal Komoditas ini menjadi sangat strategis dikembangkan, karena nilai gizinva yang tinggi. Pada kacang hijau terdapat zat protein, karbohidrat, vitamin serta kaya serat. Kacang hijau bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan, misalnya: onde- onde, bubur kacang hijau, mie sun, maupun tepung hungkwe.
Salah satu potensi kacang hijau yang masih bisa kita kembangkan adalah, sebagai bahan baku tahu dan tempe. Tahu kacang hijau akan lebih tinggi kualitas dan nilainya dibanding tahu kedelai. Kualitas tempe kacang hijau pun juga akan lebih tinggi dibanding dengan tempe kedelai. Apabila sedikit demi sedikit kacang hijau bisa menjadi substitutor kedelai, maka angka impor kedelai pun bisa sedikit demi sedikit ditekan.
Semoga Pemerintah maupun Ilmuwan dalam bidang Biologi berhasil menemukan solusi untuk kedua masalah diatas sehingga produktifitas kacang hijau bisa menjadi lebih optimal.
Sebagai komoditas kacang-kacangan, kacang hijau termasuk genus Vigna, komoditas ini masih satu genus dengan kacang bogor (Vigna subterranea), kacang asuki atau kacang merah (Vigna angularis), kacang panjang ( Vigna ungulculata sub spesies sesquipedalis), dan kacang tholo kacang tunggak, (Vigna unguiculata sub spesies ungulculata). Salah satu perbedaannya, polong kacang bogor tumbuh di dalam tanah seperti halnya kacang tanah (Arachis hypogaea). Sementara kacang panjang, kacang asuki, dan kacang tunggak tumbuh merambat (membelit). Seperti halnya kedelai, kacang hijau tumbuh tegak, hingga tidak perlu ajir sebagai tiang panjatan, dan polongnya tumbuh di atas permukaan tanah.
Kacang hijau bisa tumbuh subur di daerah Tropis dengan ketinggian 250 m- 500 m diatas permukaan laut. Kacang hijau ditanam pada awal musim penghujan, atau bersamaan dengan penanaman jagung setelah tanam padi berakhir (pada sawah tadah hujan). Budidaya kacang hijau pada awal musim penghujan, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik. Sementara intensitas serangan hama ulat juga cukup tinggi. Kacang hijau sudah bisa dipanen sekitar tiga bulan sejak penanaman. Beberapa varietas unggul kacang hijau, sudah bisa dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam. Beberapa varietas unggul kacang hijau yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian antara lain Arto Ijo, Bakti, Manyar, Merak, No. 129, No. 119, Slwalik, Walet, Betet, dan Parkit. Dari 10 varietas tersebut, hanya empat varietas yang paling banyak dibudidayakan petani, yakni walet, manyar, merak dan No. 129.
KOMODITAS KACANG HIJAU DI KABUPATEN JOMBANG.
Wilayah Kabupaten Jombang mempunyai letak geografi antara 5.20° - 5.30° Bujur Timur dan antara :7.20′ dan 7.45′ lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Propinsi Jawa Timur.(Wikipedia). Keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Jombang yang terletak pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut mempunyai curah hujan relatif rendah yakni berkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya. (Wikipedia).
Dengan keadaan geografis seperti diatas wilayah Kab. Jombang sangat cocok bila digunakan untuk penanaman kacang hijau. Selama ini komoditi andalan Kab Jombang adalah padi,tebu, jagung serta kacang tanah, . Kacang hijau menempati posisi ke-5 setelah kacang tanah. Tahun 2006 Kab. Jombang hanya mampu menghasilkan 48 ton kacang hijau( Sumber data Dinas Kab Jombang 2008), padahal kebutuhannya mencapai 65 ton per tahun, sehingga harus dicukupi dari daerah lain.
Selama ini kendala utama yang dihadapi petani dalam menanam kacang hijau adalah :
1. Hama ulat yang sangat intensif menyerang tanaman ini mulai dari beberapa minggu setelah tanam, sampai panen. Penulis bahkan mengetahui sendiri kacang hijau yang baru dipanen dari sawah, kemudian dijemur, ulatnya sangat banyak jumlah maupun jenisnya. Selama ini sudah ada beberapa pestisida yang bisa menanggulangi hama ulat tersebut, tetapi dampak yang ditimbulkan tidak jarang bukan hanya ulatnya saja yang mati, tetapi tanamannya juga mati. Beberapa petani ada yang mencoba dengan melepaskan beberapa unggas mereka terutama ayam kampung ke areal persawahan. Ini juga tidak menyeleseikan masalah karena unggas tidak hanya memakan ulat tetapi juga memakan kacang kedelai yang hampir panen.
2. Harga kacang hijau selama 5 tahun terakhir ini cenderung tidak ada peningkatan, kalaupun meningkat hanya sekitar Rp1.000/ kg. Padahal harga benih, pupuk, pestisida meningkat drastis.
Dua hal diatas merupakan kendala utama yang dihadapi petani Kacang hijau, sehingga produksinya dari tahun ke tahun tidak sebanyak padi maupun tebu. Padahal Komoditas ini menjadi sangat strategis dikembangkan, karena nilai gizinva yang tinggi. Pada kacang hijau terdapat zat protein, karbohidrat, vitamin serta kaya serat. Kacang hijau bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan, misalnya: onde- onde, bubur kacang hijau, mie sun, maupun tepung hungkwe.
Salah satu potensi kacang hijau yang masih bisa kita kembangkan adalah, sebagai bahan baku tahu dan tempe. Tahu kacang hijau akan lebih tinggi kualitas dan nilainya dibanding tahu kedelai. Kualitas tempe kacang hijau pun juga akan lebih tinggi dibanding dengan tempe kedelai. Apabila sedikit demi sedikit kacang hijau bisa menjadi substitutor kedelai, maka angka impor kedelai pun bisa sedikit demi sedikit ditekan.
Semoga Pemerintah maupun Ilmuwan dalam bidang Biologi berhasil menemukan solusi untuk kedua masalah diatas sehingga produktifitas kacang hijau bisa menjadi lebih optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar